Selasa, 30 Juli 2013

Laki-laki Berbaju Putih


Pagi itu sangat indah. Udara yang sejuk membuat aku merasa nyaman di bangku kost ku. sebenarnya aku hanya ingin pulang ke kota kelahiranku dan bertemu kedua orang tua ku. sudah lama aku tidak berjumpa dengannya.
***
Hatiku sangat tenang karena aku sudah selesai mengikuti ujian semester. Saatnya libur panjang, ini kesempatanku untuk pulang ke tanah kelahiranku. Seminggu sebelum keberangkatan aku sudah membeli tiket kereta api tujuan Jakarta. Aku tak sabar ingin bertemu kedua orangtua ku yang aku tinggal selama 1,5 tahun lamanya. Aku pun sudah memepersiapkan suprise untuk kedua orangtua ku. suprise itu adalah aku. Aku sengaja tidak bilang kepada kedua orang tuaku kalau aku pulang. Esok adalah keberangkatanku kejakarta.
***
Hari ini adalah hari keberangkatanku. Aku pun ingin prepare untuk keberangkatanku nanti sore. Waktu sudah menunjukan pukul 08.00. Aku ingin membelikan oleh-oleh untuk orang tuaku. Pagi itu aku langsung bergegas pergi menuju toko oleh-oleh yang terdekat dengan menggunakan motor butut yang aku punya. Di perjalanan aku melihat 3 kali orang kecelakaan dengan sangat tragis. Akupun tidak ingin ikut campur dalam masalah itu, “toh sudah banyak orang disitu yang ingin membantu” pikirku sambil melanjutkan perjalanan. Akhirnya aku sampai di toko oleh-oleh. Akupun langsung masuk kedalam toko dan membeli oleh-oleh khas kota ini, kota Solo.
Matahari pun sudah berada diatas kepalaku, itu tandanya waktu sudah menunjukan pukul 12.00. Aku pun bergegas membayar oleh-oleh yang aku beli di toko dan pulang ke kost. Sampailah aku di kost ku. Aku melanjutkan prepare barang yang akan aku bawa pulang ke Jakarta. Aku hanya membawa ransel yang cukup besar untuk membawa barang kesayanganku dan baju-bajuku. Yang ku tinggalkan hanya 10 baju, 2 celana dan barang yang menurutku tidak penting untuk di bawa.
Waktu sudah menunjukan pukul 15.00. Aku pun sudah selesai prepare barang-barangku dan bergegas untuk berangkat ke stasiun dengan taksi yang sudah ku pesan lewat telpon. Di perjalanan, aku melihat seorang laki-laki berbaju putih dan memakai peci serta tasbih di tangannya. Ia sedang mengendarai motor di samping taksiku. Tiba-tiba ia menoleh kearah ku dan aku langsung mengabaikannya. “pasti laki-laki itu ingin datang ke pengajian” pikirku sambil menghiraukannya dan melihat kedepan jalan. Aku pun telah sampai di stasiun, membayar taksi, dan aku langsung masuk kedalam stasiun untuk menunggu kereta yang aku tumpangi datang.
            Beberapa menit kemudian, aku melihat jam tanganku yang menunjukan pukul 16.10. “seharusnya ini sudah jamnya kereta ku beranagkat, tetapi kok keretanya belum datang” kataku sambil melihat tiket yang sudah ku beli. Aku pun bertanya kepada petugas stasiun.
            “Pak, kok kereta pukul 16.10 tidak datang-datang?” tanyaku
            “Oh iya mas, kereta yang mas maksud itu sedang ada perbaikan. Jadi ditunda sampai pukul 17.00” jawab petugas stasiun.
            “Oh gitu ya pak” jawabku sambil lemas mendengar jawaban dari petugas itu. Aku pun kembali ketempat duduk stasiun dan menunggu kereta datang.
            Setelah menunggu 50 menit, akhirnya kereta yang aku tumpangi pun datang. Aku langsung naik kedalam kereta sambil berdesak-desakan dengan penumpang lain. Aku mondar-mandir mencari tempat duduk ku. akhirnya ku temukan lah tempat duduk yang tercentang dalam tiket. Setelah aku duduk dan menunggu beberapa menit, aku melihat laki-laki berbaju putih yang tadi kulihat di jalan sedang menuju kearah ku dan duduk persis di depan ku. Anehnya ia tidak membawa barang-barang apapun. “ Ah mungkin pengajiannya di kota lain, makanya dia naik kereta ini dan tak sengaja dapat tempat duduk persis di depan ku” pikir ku dalam hati.
            Sore itu sangat cerah. Kereta yang aku tumpangi pun perlahan berjalan. Hatiku sungguh senang karena sebentar lagi aku bakal ketemu sama kedua orang tuaku.
            Waktu terus berjalan, hari semakin malam. Aku sedang bersender di jendela kereta dan melihat keindahan kota di malam hari dari dalam kereta. Tiba-tiba laki-laki itu mengajakku mengobrol.
            “Hai mas” sapanya kepadaku.
            “ Iya, pak” jawabku dengan rasa bingung karena aku tidak tahu harus memanggil dia apa, makanya aku memanggil di pak.
            “Mau kemana mas?” pertanyaan pertama yang ia lanturkan kepadaku.
            “ Mau kejakarta pak” jawabku
            “Mas mahasiswa ya? Mas kuliah dimana?” pertanyaan kedua dan ketiga yang dia lanturkan lagi kepadaku.
            “Iya, kuliah di Universitas Sebelas Maret solo pak” jawabku sambil tersenyum.
            Setelah lama mengobrol laki-laki itu menulis di sebuah kertas kecil yang dia peroleh dari ku. entah laki-laki itu menulis apa di atas kertas itu. Setelah selesai menulis, dia pun berdiri dan mengasih kertas itu kepada ku lalu dia pergi. Aku pun membaca tulisan yang dia tulis kepadaku.
            “Mas, hati-hati di jalan, sebentar lagi kereta ini akan mengalami masalah besar” katanya dalam tulisan itu. aku pun bingung dengan tulisan itu dan apa maksud dari tulisan itu.
            Tak lama kemudian, kereta pun sampai di jogja. Aku melihat dari jendela kereta kalau laki-laki itu turun dari kereta. Aku juga sempat memikirkan tulisan yang laki-laki itu tulis untukku. Aku pun berpikir sambil melihat tulisan itu kembali “Ah, paling laki-laki itu ingin menakut-nakutiku saja”.
            Kereta pun jalan, kini aku terasa kalau kereta ini berjalan dengan cepat sekali. Waktu sudah menunjukan pukul 23.00. Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Keindahan kota yang tadi aku bisa lihat dari jendela, kini sudah tidak kelihatan lagi. Feelingku ini sudah ingin mendekati kota cirebon. Tiba-tiba aku merasakan ada goncangan dalam keretaku. Penumpang lain yang sedang tertidur pun bangun dan berteriak karena merasakan goncangan tersebut. Aku pun lagi-lagi memikirkan tentang tulisan laki-laki itu. Aku berdiri dan melihat gerbong di depanku. Ternyata gerbong di depan tergelincir keluar jalur rel dan merambat ke gerbongku, aku pun berteriak. Gerbongku pun tergelincir. Aku jatuh dan menipa badan kereta. Tubuh ku penuh dengan darah ku dan darah penumpang lain. Sebelum aku jatuh pingsan, aku melihat laki-laki itu sedang  berdiri di ujung gerbong kereta yang sudah terbalik. Aku pun pingsan dan terbaring tak sadarkan diri.
            Pertolongan pun datang dan membawa korban penumpang, termasuk aku ke rumah sakit terdekat di kota itu. aku pun selamat dari kematiaan yang tadinya sempat merasa kalau aku akan mati dalam kecelakaan ini. Ternyata, aku di ceritakan oleh orang tuaku bahwa aku mengalami koma selama 6 bulan lamanya.
Barang kali semua kejadian yang dilihat itu adalah pertanda yang diberikan Tuhan untuk manusia, sebagai salah satu cobaan yang harus dihadapi manusia. Tuhan sudah menentukan takdir manusia. Manusia hanya bisa menerima dan berusaha untuk kuat dalam menghadapi cobaan yang telah di berikan-Nya.

***

Minggu, 28 Juli 2013

Sabar Menunggu Waktu

sabar, waktu berjalan berputar
hari mulai mendekat
matahari, bulan terus bergantian

aku tau, kau disana menungguku
aku pun sama menunggumu
aku ingin berbincang panjang bersamamu

tapi, aku tetap sabar menunggu waktu
sabar menunggu hari itu tiba
sabar menunggu mu di jarak yang jauh

Jumat, 19 Juli 2013

Lihat

lihat orang di sekeliling kamu, dan rasakan kalau kamu berada di belakang nya

Kamis, 18 Juli 2013

Mencapai Impian

Atap gelap dikelilingi titik-titik kecil
bersama lingkaran terang indah
menghiasi kehidupan hari itu

sepasang alas karet yang tipis
dan kain-kain menutupi tubuh
meningkatkan percaya diri di jalan yang berbelok-belok

merasakan dingin nya angin
yang menyentuh bulu-bulu halus
tak menghalangi langkah sepasang kaki

butiran-butiran keringat
jatuh ke tanah penuh debu
tak mematahkan semangat dengan senyuman halus ini

bersusah payah (banting tulang dan
berusaha keras, semua ini hanya) 
untuk mencapai tujuan dan impian