Pagi itu sangat indah. Udara yang sejuk membuat aku merasa nyaman
di bangku kost ku. sebenarnya aku hanya ingin pulang ke kota kelahiranku dan
bertemu kedua orang tua ku. sudah lama aku tidak berjumpa dengannya.
***
Hatiku sangat tenang karena aku sudah selesai mengikuti ujian
semester. Saatnya libur panjang, ini kesempatanku untuk pulang ke tanah
kelahiranku. Seminggu sebelum keberangkatan aku sudah membeli tiket kereta api
tujuan Jakarta. Aku tak sabar ingin bertemu kedua orangtua ku yang aku tinggal
selama 1,5 tahun lamanya. Aku pun sudah memepersiapkan suprise untuk
kedua orangtua ku. suprise itu adalah aku. Aku sengaja tidak bilang
kepada kedua orang tuaku kalau aku pulang. Esok adalah keberangkatanku
kejakarta.
***
Hari ini adalah hari keberangkatanku. Aku pun ingin prepare untuk
keberangkatanku nanti sore. Waktu sudah menunjukan pukul 08.00. Aku ingin
membelikan oleh-oleh untuk orang tuaku. Pagi itu aku langsung bergegas pergi
menuju toko oleh-oleh yang terdekat dengan menggunakan motor butut yang aku
punya. Di perjalanan aku melihat 3 kali orang kecelakaan dengan sangat tragis.
Akupun tidak ingin ikut campur dalam masalah itu, “toh sudah banyak orang
disitu yang ingin membantu” pikirku sambil melanjutkan perjalanan. Akhirnya aku
sampai di toko oleh-oleh. Akupun langsung masuk kedalam toko dan membeli
oleh-oleh khas kota ini, kota Solo.
Matahari pun sudah berada diatas kepalaku, itu tandanya waktu sudah
menunjukan pukul 12.00. Aku pun bergegas membayar oleh-oleh yang aku beli di
toko dan pulang ke kost. Sampailah aku di kost ku. Aku melanjutkan prepare
barang yang akan aku bawa pulang ke Jakarta. Aku hanya membawa ransel yang
cukup besar untuk membawa barang kesayanganku dan baju-bajuku. Yang ku
tinggalkan hanya 10 baju, 2 celana dan barang yang menurutku tidak penting
untuk di bawa.
Waktu sudah menunjukan pukul 15.00. Aku pun sudah selesai prepare
barang-barangku dan bergegas untuk berangkat ke stasiun dengan taksi yang sudah
ku pesan lewat telpon. Di perjalanan, aku melihat seorang laki-laki berbaju
putih dan memakai peci serta tasbih di tangannya. Ia sedang mengendarai motor
di samping taksiku. Tiba-tiba ia menoleh kearah ku dan aku langsung
mengabaikannya. “pasti laki-laki itu ingin datang ke pengajian” pikirku sambil
menghiraukannya dan melihat kedepan jalan. Aku pun telah sampai di stasiun,
membayar taksi, dan aku langsung masuk kedalam stasiun untuk menunggu kereta
yang aku tumpangi datang.
Beberapa menit
kemudian, aku melihat jam tanganku yang menunjukan pukul 16.10. “seharusnya ini
sudah jamnya kereta ku beranagkat, tetapi kok keretanya belum datang” kataku
sambil melihat tiket yang sudah ku beli. Aku pun bertanya kepada petugas
stasiun.
“Pak, kok kereta
pukul 16.10 tidak datang-datang?” tanyaku
“Oh iya mas,
kereta yang mas maksud itu sedang ada perbaikan. Jadi ditunda sampai pukul
17.00” jawab petugas stasiun.
“Oh gitu ya pak”
jawabku sambil lemas mendengar jawaban dari petugas itu. Aku pun kembali
ketempat duduk stasiun dan menunggu kereta datang.
Setelah menunggu
50 menit, akhirnya kereta yang aku tumpangi pun datang. Aku langsung naik
kedalam kereta sambil berdesak-desakan dengan penumpang lain. Aku mondar-mandir
mencari tempat duduk ku. akhirnya ku temukan lah tempat duduk yang tercentang
dalam tiket. Setelah aku duduk dan menunggu beberapa menit, aku melihat
laki-laki berbaju putih yang tadi kulihat di jalan sedang menuju kearah ku dan
duduk persis di depan ku. Anehnya ia tidak membawa barang-barang apapun. “ Ah
mungkin pengajiannya di kota lain, makanya dia naik kereta ini dan tak sengaja
dapat tempat duduk persis di depan ku” pikir ku dalam hati.
Sore itu sangat
cerah. Kereta yang aku tumpangi pun perlahan berjalan. Hatiku sungguh senang
karena sebentar lagi aku bakal ketemu sama kedua orang tuaku.
Waktu terus
berjalan, hari semakin malam. Aku sedang bersender di jendela kereta dan
melihat keindahan kota di malam hari dari dalam kereta. Tiba-tiba laki-laki itu
mengajakku mengobrol.
“Hai mas” sapanya
kepadaku.
“ Iya, pak”
jawabku dengan rasa bingung karena aku tidak tahu harus memanggil dia apa,
makanya aku memanggil di pak.
“Mau kemana mas?”
pertanyaan pertama yang ia lanturkan kepadaku.
“ Mau kejakarta
pak” jawabku
“Mas mahasiswa ya?
Mas kuliah dimana?” pertanyaan kedua dan ketiga yang dia lanturkan lagi
kepadaku.
“Iya, kuliah di
Universitas Sebelas Maret solo pak” jawabku sambil tersenyum.
Setelah lama
mengobrol laki-laki itu menulis di sebuah kertas kecil yang dia peroleh dari
ku. entah laki-laki itu menulis apa di atas kertas itu. Setelah selesai
menulis, dia pun berdiri dan mengasih kertas itu kepada ku lalu dia pergi. Aku
pun membaca tulisan yang dia tulis kepadaku.
“Mas, hati-hati di
jalan, sebentar lagi kereta ini akan mengalami masalah besar” katanya dalam
tulisan itu. aku pun bingung dengan tulisan itu dan apa maksud dari tulisan
itu.
Tak lama kemudian,
kereta pun sampai di jogja. Aku melihat dari jendela kereta kalau laki-laki itu
turun dari kereta. Aku juga sempat memikirkan tulisan yang laki-laki itu tulis
untukku. Aku pun berpikir sambil melihat tulisan itu kembali “Ah, paling
laki-laki itu ingin menakut-nakutiku saja”.
Kereta pun jalan,
kini aku terasa kalau kereta ini berjalan dengan cepat sekali. Waktu sudah menunjukan
pukul 23.00. Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Keindahan kota yang tadi aku
bisa lihat dari jendela, kini sudah tidak kelihatan lagi. Feelingku ini sudah
ingin mendekati kota cirebon. Tiba-tiba aku merasakan ada goncangan dalam
keretaku. Penumpang lain yang sedang tertidur pun bangun dan berteriak karena
merasakan goncangan tersebut. Aku pun lagi-lagi memikirkan tentang tulisan
laki-laki itu. Aku berdiri dan melihat gerbong di depanku. Ternyata gerbong di
depan tergelincir keluar jalur rel dan merambat ke gerbongku, aku pun
berteriak. Gerbongku pun tergelincir. Aku jatuh dan menipa badan kereta. Tubuh
ku penuh dengan darah ku dan darah penumpang lain. Sebelum aku jatuh pingsan,
aku melihat laki-laki itu sedang berdiri
di ujung gerbong kereta yang sudah terbalik. Aku pun pingsan dan terbaring tak
sadarkan diri.
Pertolongan pun
datang dan membawa korban penumpang, termasuk aku ke rumah sakit terdekat di
kota itu. aku pun selamat dari kematiaan yang tadinya sempat merasa kalau aku
akan mati dalam kecelakaan ini. Ternyata, aku di ceritakan oleh orang tuaku
bahwa aku mengalami koma selama 6 bulan lamanya.
Barang kali semua kejadian yang dilihat itu adalah pertanda yang
diberikan Tuhan untuk manusia, sebagai salah satu cobaan yang harus dihadapi
manusia. Tuhan sudah menentukan takdir manusia. Manusia hanya bisa menerima dan
berusaha untuk kuat dalam menghadapi cobaan yang telah di berikan-Nya.
***